[Review] Cinta Tapi Beda

CTB_poster

Cinta Tapi Beda (2012)
Date of watching: 27 December 2012
Cinema: Setiabudi One 21
Duration: 96 minutes
Screenplay by: Taty Apriliyana, Novia Faizal dan Perdana Kartawiyudha
Starring by: Agni Pratistha, Reza Nangin, Jajang C. Noer, Choky Sitohang, Hudson Pranajaya
Directed by: Hanung Bramantyo

Intisari: Diana (Agni Pratistha) dan Cahyo (Reza Nangin) tak sengaja bertemu dalam pementasan tarian yang digarap oleh bibi Cahyo (Nungky Kusumastuti) di mana Diana menjadi salah satu penari asuhannya. Berawal dari pertemuan yang mengesankan, keduanya lalu menjalin cinta. Sayang perbedaan agama membuat hubungan mereka mendapat tentangan keras dari pihak keluarga. Diana bahkan dijodohkan oleh Ibuya (Jajang C. Noer) dengan dokter Oka (Choky Sitohang) yang merupakan anggota jemaat gerejanya. Bagaimana akhir dari kisah cinta beda agama antara Diana dan Cahyo?

CTB2

###

Pertama kali gue tau tentang film ini dari Kompasiana. Waktu itu lagi rame artikel tentang film Cinta Tapi Beda yang ternyata diangkat dari curhatan seorang blogger tentang kisah cinta sahabatnya yang berbeda agama. Dwitasari ini di Kompasiana dikenal dengan artikel dan cerpen romantis gitu deh.

Penasaran dong gue, apa yang bikin Hanung tertarik buat ngangkat curcolan blogger jadi film. Gue pun ngecek blognya Dwitasari (klik di sini) dan ngeliat trailer film ini.

Cinta Tapi Beda. Judulnya FTV banget. Poster filmnya, agak horror-horor-gimana-gitu. Ya tapi sesuai judulnya, film ini bercerita tentang kisah dua orang berbeda agama yang mengalami pertentangan keluarga waktu mereka mutusin buat menikah. Si cewek yang bernama Diana beragama Katholik (Agni Pratistha) dan cowoknya, Cahyo (Reza Nangin), beragama Islam.

Cahyo yang seorang chef sebuah restoran dikisahkan bertemu dengan Diana, sang penari, saat dia hendak menyaksikan pertunjukan tari garapan bibinya. Pertemuan pertama mereka berjalan unik karena keduanya lupa saling mengenalkan diri ketika mereka pulang ke rumah masing-masing. Gue sangat suka dengan penggambaran pertemuan singkat kedua karakter ini yang terkesan malu-malu tapi berkesan.

Semuanya berjalan oke-oke aja. Aksi gebet-menggebet antara Diana dan Cahyo masih berasa romantis dan segar. Sampai kemudian gue digiring pada adegan di mana Cahyo serius ngajakin Diana buat melangkah ke jenjang berikutnya. Pernikahan. What the…?!?! Kayaknya baru seneng-senengnya pacaran deh, udah mikir mo merit aja. Chemistrynya juga baru aja dibangun bertahap, tau-tau kok udah mo nikah?

Agak sulit bagi gue untuk menerima bahwa kedua karakter itu seserius itu menjalin cinta tanpa adanya penjelasan yang memadai tentang perkembangan hubungan mereka. Apa yang bikin mereka secinta itu satu sama lainnya? Udah tau beda agama, apa yang bikin mereka ujug-ujug mau merit? Kecuali kalo tokoh Diana diceritain hamil di luar nikah gitu, makanya mereka mutusin buat merit. Nah itu, baru masuk akal karena ada yang harus dipertanggungjawabkan oleh keduanya melalui ikatan pernikahan dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Tapi ya udahlah, gue menghentikan protes dalam hati ini demi memahami adegan-adegan selanjutnya. Konflik antara keluarga Diana dan Cahyo yang dapet porsi besar dalam alur cerita pun bikin gue akhirnya mencoba memaklumi metamorfosis percintaan Diana dan Cahyo yang sedikit kelewat cepat itu.

Memasuki konflik, gue mulai dibawa pada perasaan kedua karakternya yang galau-sedih-kesal-geram-tapi-ga-mau-nyerah-demi-cinta. Kalo pas adegan-adegan pedekate, akting Agni dan Reza yang jadi sorotan, di bagian konflik, gue malah ngeliat akting para tokoh pendukung yang bersinar.

Jajang C. Noer yang berperan sebagai Ibu Diana kentara sekali gemas, marah, dan khawatirnya saat tau putri bungsunya itu tengah menjalin hubungan dengan pria berbeda keyakinan. Begitu juga dengan Hudson Pranajaya yang berperan sebagai David, teman kost Cahyo. Meskipun cuma dapet sedikit dialog, adegan di mana David menasehati Cahyo soal hubungannya dengan Diana, menurut gue, sangat meyakinkan.

Sementara akting kedua pemeran utamanya, Reza dan Agni, cenderung stabil meskipun konflik mulai bermunculan. Don’t get me wrong. Keduanya berakting dengan baik. Tapi ya, nggak tau kenapa, kok gue nggak dapet aja chemistry antara kedua pasangan itu.

Gue berharap bahwa saat konflik memanas dan akhirnya memuncak, Reza dan Agni bisa keliatan banget nelangsanya. Khas perasaan pasangan yang beda agama dan tau mereka nggak bisa nyatu, tapi gimana lagi udah cinta jadi susah move on. Gitu loh. Tapi kok ya nggak kerasa feelnya. Apa hanya perasaan gue aja kali ya. Soalnya penonton cowok yang duduk di barisan gue ada yang nangis sampe sesenggukan gitu.

Meski gue kurang merasa puas dengan akting keduanya saat konflik terjadi, harus gue akui bahwa gue cukup menikmati saat-saat Agni menari. Bagus tariannya dan keliatan banget usahanya buat nampilin tarian yang terbaik. Sementara Reza, sebagai pendatang baru, memikat gue dengan aktingnya yang natural. Berdarah Manado ternyata nggak menghalangi Reza untuk tampil se-Jawa mungkin di film ini. Reza mengawali debut akting layar lebarnya dengan cukup baik.

Bicara soal detil properti, gue terus terang agak kurang puas. Kecuali untuk tata panggung pentas tarian yang oke, menurut gue yang lainnya kurang digarap dengan maksimal. To mention a few, masa sih hape seorang chef restoran mewah cuma segitu doang?! Gue nggak usah nyebut merk lah ya, yang jelas kalo lo nonton pasti akan bertanya-tanya berapa gaji seorang chef sehingga hapenya bukan smartphone yang bermerk dan canggih.

CTB1

Another sample, kenapa juga seorang chef selalu naro sehelai kain di bahunya? Correct me if I’m wrong, tapi gue nggak pernah ngeliat chef kayak gitu. Kalo tukang becak ato buruh pabrik tahu, gue pernah ngeliatnya.

Juga waktu prosesi pernikahan di gereja. Kecuali penampakan sang pastor, gue ngeliatnya kurang unsur Katholiknya. Undangan yang dateng di gereja pun hanya sedikit, nggak kerasa nuansa pernikahannya. Wajah-wajah para tamunya pun kurang meyakinkan, kayak asal narik orang aja ke lokasi syuting gitu. Hmm, mesti lebih jeli lagi nih lain kali yang garap properti dan pemeran figurannya.

Terlepas dari beberapa kekurangan itu, gue cukup menikmati film Cinta Tapi Beda ini. Apalagi didukung dengan lagu tema berjudul “Melebur Beda” yang dibawakan The Finest Tree. Lagu ini enak didenger dan pas dengan inti cerita filmnya. Kelebihan lainnya terletak pada gambaran pluralisme yang ditampilkan apa adanya lewat beberapa dialog yang sangat familiar di kehidupan nyata.

Seperti film-film yang melibatkan Hanung Bramantyo pada umumnya, kita juga bisa ngeliat kemunculannya sebagai cameo. Meskipun gue ngerasa adegannya kurang penting, setidaknya kemunculan Hanung nggak selebay di film Habibie dan Ainun. Overall, Cinta Tapi Beda adalah film yang lumayan bisa dinikmati, walau penggarapannya kurang matang.

Ohya, satu hal lagi! Buat yang mau nonton film ini gue saranin untuk nggak liat trailernya dulu. Quite spoiling soalnya. Tar ga berasa ada yang baru lagi pas lo nonton filmnya.

CTB6

CTB4

Trivia: Dalam film ini Reza berperan sebagai pria Muslim dan Agni sebagai gadis Katholik. Di kehidupan sebenarnya, keduanya beragama berbeda. Reza beragama Kristen, sedangkan Agni beragama Islam. Begitu pula dengan Jajang C. Noer yang di dunia nyata beragama Islam, di film tersebut memerankan seorang Ibu beragama Katholik.

Quotes: Harusnya tante ngerti kalimat yang diajarin kepercayaan tante! Apa yang dipersatukan oleh Tuhan nggak bisa dipisahkan manusia! (Cahyo)

Rating: Cukup bagus dan menghibur. FPI Yang lagi atau pernah ngejalanin hubungan beda agama, perlu nonton film ini.

~ FANGIRLING BONUS ~

CTB5

Bang Choky!! Kyaaaaa… kyaaaaaaa! Take me out, please!!

 

*Movie stills taken from: cintatapibeda.com (photo gallery)

4 Comments

    • @Zara: Reza dari yang saya baca berita dan profilnya dia di media massa, beragama kristen dan dia berdarah manado. Sedangkan Agni beragama Islam, tapi cmiiw sepertinya di keluarganya ada dua latar belakang agama yang berbeda, Islam dan kristen.. anyway, thanks ya udah mampir ke blog ini dan komen 🙂

Leave a comment